BAB 8
MANUSIA, BAHASA DAN KOMUNIKASI
Memahami Bahasa
Dalam
pengertian populer bahasa adalah percakapan atau pembicaraan (Hidayat, 1996:27);
sementara dalam wacana linguistic bahasa diartikan sebagai sistem simbol bunyi
bermakna dan berartikulasi, yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang
dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan
perasaan dan pikiran (Wibowo, 2001:3). Hakikat bahasa adalah bahasa tutur
(Poepoprodjo, 1987: 110).
Banyaknya
definisi yang hadir untuk memahami bahasa, dapat diambil garis merah bahwa
bahasa merupakan kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan pikiran, perasaan
dan ide manusia.
Dari Mana Bahasa Bermula
Teori
mengenai asal usul bahasa telah lama menjadi objek kajian para ahli, sejak dari
kalangan psikolog, antropolog, filsuf maupun teolog, sehingga lahirlah sub-sub
ilmu dan filsafat bahasa, seperti halnya: fonologi, semantika, gramafika,
psikolinguistik, neurolinguistik, sastra, semiotika dan hermeneutika.
Teori
linguistic paling awal ditemukan pada dialog Plato yang berjudul “Cratylus”,
yang menggambarkan pembicaraan antara Socrates dan para Sofis.
Penyelidikan
antropologi telah membuktikan, kebanyakan kebudayaan primitif meyakini
keterlibatan Tuhan, Dewa dalam permulaan sejarah berbahasa.
Penduduk
aliran teologis mengatakan, manusia
bisa berbahasa karena anugerah Tuhan dan pada mulanya Tuhan yang mengajarkannya
kepada Adam, nenek moyang seluruh manusia. Pendapat ini beracuan pada cerita
yang terdapat pada Bibel dan Al-quran, yang memuat dialog antara Adam dan
Tuhan.
Bagi
para pendukung feminisme di Barat, penokohan Tuhan pada figure Adam menuai
banyak kritik, karena hal demikian Tuhan telah melakukan diskriminasi gender. Dianggap
bahwa agama telah berpihak kepada kepentingan kaum pria dan menganggap rendah
perempuan.
Selanjutnya
Max Muler (1823-1900) memperkenalkan Dingdong
Theory atau Nativistic theory. Teori
ini menyebutkan bahwa manusia memiliki kemampuan insting yang istimewa untuk
mengeluarkan ekspresi ujaran bagi setiap kesan sebagai stimulus dari luar.
Sementara
itu, ada pula teori lain yang disebut Yo-he-ho
theory atau teori konvensionalis. Teori
ini menyimpulkan bahwa bahasa pertama lahir dalam satu kegiatan sosial.
Teori
yang dapat bertahan lama adalah Bow-wow
theory. Menurut teori ini, kata-kata yang pertama kali ada adalah tiruan
terhadap Guntur, hujan, angin, sungai, ombak samudera, dan sebagainya. Dalam bahasa
Indonesia, terdapat beberapa kata yang berkaitan dengan teori ini, contohnya
seperti berkokok, berdesir, berkotek, bergetar, dan sebagainya.
Sebuah
teori lainnya, Gesture theory
menyatakan bahwa isyarat mendahului ujaran.
Para
antropolog kini menyimpulkan, manusia dan bahasa berkembang bersama-sama. Manusia
sudah ada di bumi ini kurang lebih sudah satu juta tahun lamanya.
Budaya, Bahasa dan Pikiran
Apabila
bahasa itu diidentikkan dengan teks, maka bagi Barthes, “the teks is an object of pleasure”, teks adalah sebuah objek
kenikmatan. Kenikmatan yang dimaksud Barthes adalah kenikmatan atas teks atau
naskah.
Bahasa
kini telah mendapatkan fungsi baru, yakni fungsi transforatif. Fungsi inilah,
menurut pengamatan para linguis, yang memungkinkan proses transformasi
pemahaman manusia karena ia bahasa.
Bahasa,
menurut Levi-Strauss dapat dikatakan merupakan suatu kondisi budaya dan ini
berlaku dalam dua hal. Bahasa adalah kondisi budaya secara diakronis, karena
terutama melalui bahasalah kita mengenal budaya kita sendiri.
Bahasa
adalah cerminan pemahaman pemakai bahasa tentang kebudayaannya, masa silam dan
masa sekarang. Perkembangan bahasa dipengaruhi perubahan-perubahan
sosio-budaya. Karena itu, tatkala situasi historis berubah, bahasa pun sedikit
banyak mengalami perubahan. Perubahan itu pada umumnya berlangsung lambat dan
evolusioner (Azra, 1996:232).
Lalu,
adakah hubungan antara budaya dan bahasa ? juga bahasa dan berpikir?
Sudah
lama para antropolog melihat adanya hubungan antara bahasa dengan kebudayaan,
baik hubungan yang timbal balik, saling mempengaruhi, ataupun hubungan yang
lebih menentukan yang bersifat satu arah. Kebudayaan mempengaruhi bahasa, atau
sebaliknya bahasa mempengaruhi kebudayaan. Oleh karena itu tidak mengherankan
bilamana sebagian ahli antropolog ada yang kemudian mencari inspirasi dengan
sengaja dari dispilin linguistic untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
mereka hadapi dalam mempelajari kebudayaan
Setiap
kali kita mencoba menghubungkan antara bahasa dan berpikir, kita selalu merujuk
ke hal yang lebih khusus, yakni bahasa dan persepsi kita tentang realitas
sosial. Pikiran dan bahasa saling berkaitan erat. Sulit membayangkan bagaimana
kita mampu berpikir penuh jika tidak mempunyai bahasa.
Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Louis Hjelmslev yang mengatakan
bahwa suatu bahasa selalu mempunyai dua segi, yaitu segi ekspresi dan sedi isi.
Apabila segi ekspresi adalah segi seleksi kata-kata, maka rangkaian kata-kata
tadi dapat memberi arti khusus, yaitu umpamanya dengan memindahkan tempat
kata-kata sehingga didengar lebih indah dan halus. Salah satu fungsi dari
bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dan manusia menggunakan komunikasi
sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini.
Maka
jelaslah bahwa bahasa mempunyai fungsi yang amat penting bagi manusia, terutama
sekali fungsi komunikatif. H. A. K. Halliday dalam bukunya menemukan tujuh
fungsi bahasa, yakni:
- Funsi
instrumental, melayani pengelolaan lingkungan, menyebabkan
peristiwa-peristiwa tertentu terjadi
- Fungsi
regulasi, bertindak untuk mengawasi serta mengendalikan berbagai
peristiwa.
- Fungsi
pemerian, penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan,
menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan,
atau dengan kata lain menggambarkan,
memerikan realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat oleh
seseorang.
- Fungsi
interaksi, bertugas untuk menjamin serta memantapkan ketahanan dan
kelangsungan komunikasi, interaksi sosial.
- Fungsi
personal, memberikan kesempatan kepada seseorang pembicara untuk
mengekspresikan perasaan, emosi pribadi, serta reaksi-reaksinya yang
mendalam
- Fungsi
heuristic, melibatkan penggunaan bahasa unutk memperoleh ilmu pengetahuan,
mempelajari seluk beluk lingkungan. Fungsi ini biasanya hadir dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban.
- Fungsi
imajinatif, melayani penciptaan sistem-sistem atau gagasan-gagasan yang
bersifat imajinatif.
Ketujuh
fungsi bahasa itu senantiasa saling mengisi, saling menunjang satu sama lain,
bukan saling membedakan (brown, 1980:194-195), apalagi saling menyingkirkan
atau mematikan.
Namun tak dapat dipungkiri dengan
bahasa pun, manusia dapat bertengkar dan berkelahi. Jadi, kunci terakhir untuk
membuka hakikat bahasa adalah komunikasi. Fungsi terpenting dari bahasa adalah
alat komunikasi dan interaksi.
Kesesatan Bahasa
Seperti
yang telah say sebutkan sebelumnya makna dari sebuah kata merupakan hasil consensus
sebuah wilayah. Hal ini lah yang membuat bahasa atau kata menjadi beragam
dipenjuru dunia. Hal ini bagaikan dua sisi mata uang, mempunyai dampak positif
dan negative. Positifnya kita mempunyai khazanah bahasa yang luar biasa banyak,
negatifnya akan lebih sering terjadi sebuah kesalahpahaman dalam mengartikan bahasan
atau kata.
Sebetulnya,
kata-kata dalam bahasa dapat memilki arti yang berbeda-beda dan setiap kata
dalam sebuah kalimat mempunyai arti yang
berbeda pula bergantung kepada kata apa yang mengikutiya.
Ketidakcermatan
dalam menentukan arti kata atau arti kalimat itu dapat menimbulkan “kesesatan
penalaran”. Berikut ini beberapa kesesatan karena bahasa (Soekadijo,
1994:12-13):
1. Kesesatan
karena aksen atau tekanan
2. Kesesatan
karena term ekuivok
3. Kesesatan
karena arti kiasan
4. Kesesatan
kerena amfiboli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar