Rabu, 25 Juli 2012

Resume Buku "Semiotika Komunikasi" Drs. Alex Sobur, M. Si (BAB 8)



BAB 8
MANUSIA, BAHASA DAN KOMUNIKASI


Memahami Bahasa
Dalam pengertian populer bahasa adalah percakapan atau pembicaraan (Hidayat, 1996:27); sementara dalam wacana linguistic bahasa diartikan sebagai sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi, yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran (Wibowo, 2001:3). Hakikat bahasa adalah bahasa tutur (Poepoprodjo, 1987: 110).
Banyaknya definisi yang hadir untuk memahami bahasa, dapat diambil garis merah bahwa bahasa merupakan kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan pikiran, perasaan dan ide manusia.


Dari Mana Bahasa Bermula
Teori mengenai asal usul bahasa telah lama menjadi objek kajian para ahli, sejak dari kalangan psikolog, antropolog, filsuf maupun teolog, sehingga lahirlah sub-sub ilmu dan filsafat bahasa, seperti halnya: fonologi, semantika, gramafika, psikolinguistik, neurolinguistik, sastra, semiotika dan hermeneutika.
Teori linguistic paling awal ditemukan pada dialog Plato yang berjudul “Cratylus”, yang menggambarkan pembicaraan antara Socrates dan para Sofis.
Penyelidikan antropologi telah membuktikan, kebanyakan kebudayaan primitif meyakini keterlibatan Tuhan, Dewa dalam permulaan sejarah berbahasa.
Penduduk aliran teologis mengatakan, manusia bisa berbahasa karena anugerah Tuhan dan pada mulanya Tuhan yang mengajarkannya kepada Adam, nenek moyang seluruh manusia. Pendapat ini beracuan pada cerita yang terdapat pada Bibel dan Al-quran, yang memuat dialog antara Adam dan Tuhan.
Bagi para pendukung feminisme di Barat, penokohan Tuhan pada figure Adam menuai banyak kritik, karena hal demikian Tuhan telah melakukan diskriminasi gender. Dianggap bahwa agama telah berpihak kepada kepentingan kaum pria dan menganggap rendah perempuan.
Selanjutnya Max Muler (1823-1900) memperkenalkan Dingdong Theory atau Nativistic theory. Teori ini menyebutkan bahwa manusia memiliki kemampuan insting yang istimewa untuk mengeluarkan ekspresi ujaran bagi setiap kesan sebagai stimulus dari luar.
Sementara itu, ada pula teori lain yang disebut Yo-he-ho theory atau teori konvensionalis. Teori ini menyimpulkan bahwa bahasa pertama lahir dalam satu kegiatan sosial.
Teori yang dapat bertahan lama adalah Bow-wow theory. Menurut teori ini, kata-kata yang pertama kali ada adalah tiruan terhadap Guntur, hujan, angin, sungai, ombak samudera, dan sebagainya. Dalam bahasa Indonesia, terdapat beberapa kata yang berkaitan dengan teori ini, contohnya seperti berkokok, berdesir, berkotek, bergetar, dan sebagainya.
Sebuah teori lainnya, Gesture theory menyatakan bahwa isyarat mendahului ujaran.
Para antropolog kini menyimpulkan, manusia dan bahasa berkembang bersama-sama. Manusia sudah ada di bumi ini kurang lebih sudah satu juta tahun lamanya.

Budaya, Bahasa dan Pikiran
Apabila bahasa itu diidentikkan dengan teks, maka bagi Barthes, “the teks is an object of pleasure”, teks adalah sebuah objek kenikmatan. Kenikmatan yang dimaksud Barthes adalah kenikmatan atas teks atau naskah.
Bahasa kini telah mendapatkan fungsi baru, yakni fungsi transforatif. Fungsi inilah, menurut pengamatan para linguis, yang memungkinkan proses transformasi pemahaman manusia karena ia bahasa.
Bahasa, menurut Levi-Strauss dapat dikatakan merupakan suatu kondisi budaya dan ini berlaku dalam dua hal. Bahasa adalah kondisi budaya secara diakronis, karena terutama melalui bahasalah kita mengenal budaya kita sendiri.
Bahasa adalah cerminan pemahaman pemakai bahasa tentang kebudayaannya, masa silam dan masa sekarang. Perkembangan bahasa dipengaruhi perubahan-perubahan sosio-budaya. Karena itu, tatkala situasi historis berubah, bahasa pun sedikit banyak mengalami perubahan. Perubahan itu pada umumnya berlangsung lambat dan evolusioner (Azra, 1996:232).
Lalu, adakah hubungan antara budaya dan bahasa ? juga bahasa dan berpikir?
Sudah lama para antropolog melihat adanya hubungan antara bahasa dengan kebudayaan, baik hubungan yang timbal balik, saling mempengaruhi, ataupun hubungan yang lebih menentukan yang bersifat satu arah. Kebudayaan mempengaruhi bahasa, atau sebaliknya bahasa mempengaruhi kebudayaan. Oleh karena itu tidak mengherankan bilamana sebagian ahli antropolog ada yang kemudian mencari inspirasi dengan sengaja dari dispilin linguistic untuk menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam mempelajari kebudayaan
Setiap kali kita mencoba menghubungkan antara bahasa dan berpikir, kita selalu merujuk ke hal yang lebih khusus, yakni bahasa dan persepsi kita tentang realitas sosial. Pikiran dan bahasa saling berkaitan erat. Sulit membayangkan bagaimana kita mampu berpikir penuh jika tidak mempunyai bahasa.

Bahasa sebagai Alat Komunikasi
            Louis Hjelmslev yang mengatakan bahwa suatu bahasa selalu mempunyai dua segi, yaitu segi ekspresi dan sedi isi. Apabila segi ekspresi adalah segi seleksi kata-kata, maka rangkaian kata-kata tadi dapat memberi arti khusus, yaitu umpamanya dengan memindahkan tempat kata-kata sehingga didengar lebih indah dan halus. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dan manusia menggunakan komunikasi sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini.
Maka jelaslah bahwa bahasa mempunyai fungsi yang amat penting bagi manusia, terutama sekali fungsi komunikatif. H. A. K. Halliday dalam bukunya menemukan tujuh fungsi bahasa, yakni:
  1. Funsi instrumental, melayani pengelolaan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi
  2. Fungsi regulasi, bertindak untuk mengawasi serta mengendalikan berbagai peristiwa.
  3. Fungsi pemerian, penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan, atau dengan kata lain menggambarkan, memerikan realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat oleh seseorang.
  4. Fungsi interaksi, bertugas untuk menjamin serta memantapkan ketahanan dan kelangsungan komunikasi, interaksi sosial.
  5. Fungsi personal, memberikan kesempatan kepada seseorang pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam
  6. Fungsi heuristic, melibatkan penggunaan bahasa unutk memperoleh ilmu pengetahuan, mempelajari seluk beluk lingkungan. Fungsi ini biasanya hadir dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban.
  7. Fungsi imajinatif, melayani penciptaan sistem-sistem atau gagasan-gagasan yang bersifat imajinatif.
Ketujuh fungsi bahasa itu senantiasa saling mengisi, saling menunjang satu sama lain, bukan saling membedakan (brown, 1980:194-195), apalagi saling menyingkirkan atau mematikan.
            Namun tak dapat dipungkiri dengan bahasa pun, manusia dapat bertengkar dan berkelahi. Jadi, kunci terakhir untuk membuka hakikat bahasa adalah komunikasi. Fungsi terpenting dari bahasa adalah alat komunikasi dan interaksi.

Kesesatan Bahasa
Seperti yang telah say sebutkan sebelumnya makna dari sebuah kata merupakan hasil consensus sebuah wilayah. Hal ini lah yang membuat bahasa atau kata menjadi beragam dipenjuru dunia. Hal ini bagaikan dua sisi mata uang, mempunyai dampak positif dan negative. Positifnya kita mempunyai khazanah bahasa yang luar biasa banyak, negatifnya akan lebih sering terjadi sebuah kesalahpahaman dalam mengartikan bahasan atau kata.
Sebetulnya, kata-kata dalam bahasa dapat memilki arti yang berbeda-beda dan setiap kata dalam sebuah kalimat mempunyai arti  yang berbeda pula bergantung kepada kata apa yang mengikutiya.
Ketidakcermatan dalam menentukan arti kata atau arti kalimat itu dapat menimbulkan “kesesatan penalaran”. Berikut ini beberapa kesesatan karena bahasa (Soekadijo, 1994:12-13):
1.      Kesesatan karena aksen atau tekanan
2.      Kesesatan karena term ekuivok
3.      Kesesatan karena arti kiasan
4.      Kesesatan kerena amfiboli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar